[이야기] 214 Love Chapter 1

Author : Karra

Title : 214 Love

Main Cast :

  • Lee Gi Kwang B2ST as Gi Kwang
  • Bang Yong Guk B.A.P. as Bang Yong Guk
  • Hyosung SECRET as Bang Hyosung
  • Nam Jihyun 4Minute as Nam Jihyun

Length : 1 of ?
Disclaimer : Saya hanya mengadaptasi dari film saja dan dengan penambahan dikit-dikit karena saya sedikit lupa dengan dialog-dialog mereka. 🙂 tapi jangan me-repost fanfiction ini. © Karra2012.

Pesawat terbang dari California, Amerika yang kini mendarat di Bandara Internasional Incheon membuat para penjemput yang berdiri di depan pintu kedatangan sibuk mengangkat tulisan-tulisan untuk menjemput kerabatnya.

Seorang laki-laki yang kira-kira berusia dua puluh dua tahun umur Internasional sedang berjalan keluar dari pintu kedatangan sambil menelpon seseorang. Raut wajahnya terlihat bahagia. Senyuman terus tercetak dari bibir laki-laki itu. Penampilannya bagaikan seorang pembisnis. Mengenakan jas dan mengenakan kacamata hitam.

“Aku baru saja mendarat, Yah.” Kata laki-laki itu sambil melepas kacamata hitamnya. Kedua matanya terus mengawasi keadaan. Jangan sampai dia diikuti oleh anak buah pimpinannya yang memang tidak mengijinkan laki-laki itu pulang kampung.

“Aku paham, Yah. Sebentar lagi aku akan ke kantor cabang disini baru bisa pulang ke rumah.” Kata laki-laki itu sambil mengambil kopernya dan berjalan menuju luar Bandara.

Bandara Incheon memang berdesain unik. Tidak menghilangkan ciri khasnya. Pilar-pilar besar yang menyangga atap bandara malah membuat bandara Incheon terlihat megah dan mewah.

“Iya, Ayah. Sampai bertemu dirumah.” Kata laki-laki itu sambil mematikan ponsel saat sebuah taxi berhenti di depannya. Buru-buru ia membuka pintu mobil dan memasukkan kopernya kedalam taxi sambil mengantongi ponselnya.

“Kemana tuan akan pergi?” tanya sopir taxi itu ramah.

Laki-laki yang bernama Gi Kwang itu tersenyum kecil. “Ke hotel SG.” Kata Gi Kwang sambil menyandarkan tubuhnya. Tersirat wajah kelelahan. Sebenarnya ia ingin berlibur selama dua bulan di negaranya, Korea Selatan, setelah tiga tahun dia sama sekali tidak dapat berlibur. Terlebih sejak empat tahun yang lalu, dia meninggalkan ayah dan ibunya untuk merantau ke Amerika dan nanti mereka akan bertemu.

Bagaimana kabar Ibu? Apa dia baik-baik saja? Pikir Gi Kwang sambil memejamkan kedua matanya. Masih teringat saat kelulusan sekolah, Gi Kwang memeluk Ibunya yang menghabiskan waktu di atas kursi roda. Hingga Ibunya mengantarnya pergi ke Amerika.

Ayah tidak perlu dicemaskan. Ayah sudah menjabat kepala kepolisian karena selalu memberantas kejahatan dan paling anti terhadap korupsi. Gi Kwang bangga pada ayahnya. Sejak kecil, ayahnya selalu menanamkan kejujuran. Dan itu menjadi pedoman Gi kwang hingga kini. Hingga ia menjabat Dewan Dereksi pemilik  SG Company sekarang.

Taxi berhenti di depan pintu masuk hotel SG. Gi Kwang segera membayar ongkos taxi dan mengucapkan banyak terima kasih pada sopir taxi. Gi Kwang segera membuka pintu mobil dan mengambil kopernya.

Dengan sikap sedikit angkuh, Gi Kwang berjalan menapaki karpet merah yang tergelar diatas tangga di depan pintu masuk. Gi Kwang berdiam sejenak untuk menghirup udara segar. Dengan sedikit membungkuk, Gi Kwang menyentuh karpet merah itu. Dia memastikan apakah karpet itu selalu diganti atau tidak.

Ulahnya membuat para petugas Valet kebingungan. Gi Kwang menyipitkan kedua matanya saat salah seorang petugas valet akan berjalan menghampirinya. Gi Kwang segera melangkahkan kakinya memasuki lobby hotel setelah dia berdiri sedikit lama di depan pintu memutar. Dirinya kembali memastikan pintu kaca memutar itu bersih.

Setelah memastikan pintu kaca itu bersih, ia berjalan menuju meja resepsionis. Empat orang wanita menjadi petugas resepsionis tersenyum. Seolah menyapa. “Selamat datang. Anda mau memesan kamar?” sapa salah seorang resepsionis yang berada di sebelah pojok kiri sambil tersenyum ramah.

“Panggilkan Tuan Cho. Aku ingin bertemu dengannya.” Kata Gi Kwang sambil menunjuk telepon paralel yang ada di hadapan resepsionis cantik itu.

Resepsionis yang dari nametag-nya bernama Jihyun Nam itu mengerutkan kening. “Apakah anda sudah membuat janji?” tanya Jihyun sopan.

Gi Kwang menggeleng. “Suruh saja dia kesini. Lee Gi Kwang mencarinya.” Kata Gi Kwang tegas yang membuat Jihyun segera menghubungi pimpinannya.

—Karra 2012—

Seorang laki-laki berlari sambil menggamit tangan seorang gadis. Keduanya berlari menyusuri jalanan sempit di daerah Gangnam. Ada empat orang laki-laki yang berada di belakang keduanya.

“Habislah kita!” seru gadis yang berkali-kali sibuk menyibakkan rambut panjangnya. Nafas gadis itu sangat kuat. Walau dalam kondisi berlari seperti itu, dia sama sekali tidak terlihat kelelahan.

“Kau aman denganku, Hyosung!” balas laki-laki yang menggamit tangan gadis itu. Laki-laki itu bernama Yong Guk. Yong Guk juga sama kuatnya dalam pernafasan. Dia sama sekali tidak terlihat kelelahan walau terus dikejar oleh empat orang laki-laki.

Hyosung menoleh kearah Yong Guk. “Aman bagaimana? Mereka masih mengejar kita!” omelnya kesal sambil terus mengedarkan pandangan supaya dia dapat bersembunyi. Sialnya, semua rumah disini berpagar tinggi. Tidak mungkin ia melompat masuk ke salah satu rumah. Bisa-bisa ia dan Yong Guk diuduh pencuri lagi.

“Sembunyi di tong sampah!” kata Yong Guk sambil menghentikan larinya di dekat dua tong sampah besar. Hyosung memandang wajah Yong Guk dengan tatapan tidak percaya.

“Yang benar saja kau ini!” omel Hyosung. Terlihat kesal dengan usul Yong Guk yang sungguh tidak masuk akal ini.

Yong Guk menoleh kebelakang. Memastikan empat orang yang mengejar mereka masih dalam jarak aman. “Cepat. Tidak ada waktu untuk berpikir!” omel Yong Guk sambil mengangkat tubuh Hyosung memasuki tempat sampah yang berisi baju-baju bekas. “Diamlah.” Kata Yong Guk sambil menutup kembali tempat sampah itu.

Hyosung menutup hidungnya. Supaya nafasnya yang mulai terengah-engah tidak terdengar. Yong Guk sudah masuk kedalam tempat sampah yang berada di samping tempat sampah Hyosung.

“Kemana perginya mereka?” gerutu salah seorang laki-laki di dekat tempat sampah yang dihuni oleh Hyosung.

Hyosung mengunci bibirnya rapat-rapat. Sibuk menetralkan detak jantungnya yang terus berdetak dengan kencang saat bersembunyi di dalam tempat sampah.

“Kulihat mereka berlari kesini.” Kata salah seorang yang lain.

“Pasti mereka terus berlari ke atas sana.” Kata salah seorang yang lain.

Suara langkah kaki yang berada di dekat Hyosung dan Yong Guk terdengar semakin jauh. Yong Guk mengintip keadaan di luar sana dari dalam tempat sampah. Dia membuang nafas lega setelah tidak melihat empat orang yang mengejarnya. Dengan sekali melompat, Yong Guk segera keluar dari dalam tempat sampah.

Dihampirinya tempat sampah yang menampung Hyosung didalamnya. Dengan perlahan dibukanya tutup tempat sampah itu. Hyosung tengah meringkuk sambil mendongakkan wajahnya. “Ayo keluar.” Kata Yong Guk sambil membantu Hyosung berdiri.

Kedua kaki gadis itu gemetar. “Kakiku kesemutan.” Kata Hyosung yang membuat Yong Guk mendengus kesal. Digendongnya Hyosung keluar dari tempat sampah dan disangganya tubuh Hyosung dengan kedua tangannya yang memegang bahu Hyosung agar gadis itu tidak terjatuh.

“Kau ini menyusahkanku.” Cerocos Yong Guk sambil berjongkok di depan Hyosung. Hyosung segera menghambur ke gendongan Yong Guk.

“Siapa suruh kau selalu menimbulkan kekacauan. Sejak lulus sekolah menengah atas, kau menjadi berandalan. Kalau aku tidak menjagamu, kau pasti akan membuat onar lagi. Dan Ibu akan sedih melihatmu seperti itu.” Kata Hyosung pelan.

Yong Guk membetulkan posisi Hyosung. “Kau ini cerewet sekali. Aku berbuat onar untuk membantu ayah mencari uang.” Kata Yong Guk sambil melangkahkan kakinya menuju rumah mereka berdua.

“Membantu ayah apa? Yang ada kau semakin merepotkan ayah.” Bantah Hyosung yang sama sekali tidak setuju dengan pendapat Yong Guk.

Perbedaan umur diantara keduanya sama sekali tidak mempengaruhi hubungan baik keduanya. Persamaan orang tua membuat Yong Guk dan Hyosung selalu melewati hari-hari dengan ceria.

—Karra 2012—

Semua pegawai hotel SG tercengang saat pimpinan mereka yang bernama Tuan Cho memperkenalkan anggota Dewan Direksi. Terlebih seorang pegawai yang bernama Jihyun. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa orang yang ada di hadapannya adalah salah satu dewan direksi. Orang yang tadi sempat dianggapnya orang gila.

Lee Gi Kwang. Dengan kepiawaiannya, ia mampu menjadi salah satu Dewan Direksi bersama empat orang lainnya. Dia masih sangat muda menjadi salah satu anggota Dewan Direksi.Bahkan dia yang paling muda sendiri dibandingkan empat orang lainnya.

Lee Gi Kwang menatap satu persatu pegawai yang berbaris rapi dihadapannya. “Bajumu sedikit kusut. Kau tidak menyetrikanya?” ujar Gi Kwang pada salah seorang pegawai resepsionis di samping Jihyun.

Jihyun menelan salivanya. Sedikit takut pada pimpinannya. Karena raut wajahnya terlihat tegas dan dari nada suaranya terdengar berwibawa. #wuahh.. saya langsung meleleh kalo Gi Kwang beneran berwibawa. Kekeke

Langkah Gi Kwang berhenti di depan Jihyun. Kepalanya menoleh menatap Jihyun hingga membuat orang yang ditatapnya semakin menunduk dalam-dalam. “Apa kau selalu seperti itu saat menyapa tamu?” tanya Gi Kwang yang membuat Jihyun mendongak.

“Hah?” kata Jihyun spontan. Gadis itu kemudian memukul kepalanya berkali-kali. Menyesali kata bodoh yang keluar dari mulutnya.

Gi Kwang menunjuk rambut Jihyun. “Selalu dengan jepitan rambut yang miring seperti itu?” tanya Gi Kwang yang memberi arah pembicaraannya.

Dengan spontan, Jihyun memegang jepitan rambutnya. Kemudian menunduk lagi. Tidak berani menatap Gi Kwang. Dalam hati, ia merutuk, ‘Perfeksionis!’.

Gi Kwang kembali berkeliling mengamati penampilan pegawai-pegawainya. Sesekali ia membetulkan baju pegawai laki-laki yang sedikit berantakan. Pegawai perempuan yang berada di depan barisan sama sekali tidak berani bersuara. Mereka hanya mampu saling lirik mata untuk berkomunikasi.

“Mulai besok, saya yang akan memimpin hotel ini. Tuan Cho akan menjadi asisten saya sampai hotel ini mendapat sertifikasi dari pimpinan.” Kata Gi Kwang di depan semua pegawai hotel.

“Baik, Tuan.” Kata pegawai-pegawai hotel kompak.

Gi Kwang mengangguk-angguk. “Semuanya kembali bekerja.” Kata Gi Kwang sambil mempersilahkan pegawai-pegawainya untuk pergi dari tempat itu. Pegawai-pegawainya memberi hormat dan mulai menjalankan kegiatan mereka masing-masing.

Tuan Cho tersenyum. “Mari kita minum teh di ruangan saya.” Kata Tuan Cho sambil mempersilahkan Gi Kwang.

Gi Kwang menatap jam tangannya. “Saya harus pergi. Saya belum pulang. Lain kali kita dapat minum teh bersama.” Kata Gi Kwang sambil menjabat tangan tuan Cho.

“Baiklah. Saya antar anda keluar.” Kata tuan Cho sambil mempersilahkan Gi Kwang berjalan keluar hotel bersamanya.

—Karra 2012—

Lampu-lampu jalanan sudah dinyalakan. Lampu-lampu mobil mulai menyorot kemana saja. Lampu-lampu hias yang sengaja dipasang di batang pohon menambah suasana romantis di kota Seoul.

Mobil yang ditumpangi Gi Kwang berhenti di lampu merah. Memberikan kesempatan para pejalan kaki untuk menyebrang.Gi Kwang mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada ayahnya bahwa ia akan sampai sebentar lagi.

Tatapan Gi Kwang tidak sengaja terarah pada sepasang kekasih yang tengah melintas. Yang laki-laki sedikit membungkuk. Dan yang perempuan berada di atas gendongan laki-laki itu. Wajah laki-laki tidak terlihat karena terhalang oleh wajah perempuan.

“Romantis sekali mereka.” Gumamnya pelan. Tidak sadar sopir hotel yang mengantarnya pulang tersenyum kecil. Gi Kwang memegang dada kirinya. Denyutnya semakin cepat. ‘Kenapa tiba-tiba aku menjadi cemas?’ pikirnya sambil menyandarkan tubuhnya. Laki-laki itu kemudian menarik nafas panjang.

Perasaan ini belum pernah terjadi sebelumnya. Belum pernah ia merasa berdebar seperti ini. Rasanya hangat. Gi Kwang memejamkan kedua matanya untuk menikmati rasa asing tapi nyaman itu.

Tak berapa lama kemudian, mobil yang ditumpangi Gi Kwang berhenti di sebuah rumah yang terlihat cukup minimalis dengan halaman yang luas. Ada sebuah lapangan sepak bola mini yang dulu ia gunakan untuk bermain.

Ayahnya berdiri di depan pintu yang terbuka lebar. “Anakku! Kau sudah kembali!” pekik ayahnya sambil berlari memeluk putranya.

Gi Kwang melepas pegangan kopernya dan langsung berlari menyambut pelukan ayahnya. Rindu sekali pada ayahnya. Tapi terlebih rindu pada sosok Ibu yang berada di dalam rumah. “Maaf ayah, aku baru bisa pulang sekarang. Aku sudah memutuskan untuk bekerja disini.” Kata Gi Kwang sambil melepas pelukannya.

Tuan Lee mengangguk paham sambil menepuk bahu Gi Kwang berulang kali. Senyum bahagia terus terpancar dari wajahnya. “Ibumu sudah menunggumu. Masuklah.” Kata Tuan Lee yang membuat Gi Kwang segera memasuki rumah. “Bawa koper putraku ke dalam kamarnya.” Kata Tuan Lee sambil menunjuk koper Gi Kwang. Sopir pribadinya mengangguk paham dan segera mengambil tas Gi Kwang.

Gi Kwang berjongkok di depan Ibunya yang duduk di kursi roda dengan pandangan kosong. Tanpa ekspresi. Hanya bibirnya yang tersenyum saat melihat Gi Kwang. “Ibu. Apa ibu rindu padaku?” tanya Gi Kwang sambil mencium kedua tangan ibunya.

Pertanyaan yang tidak mendapat jawaban. Gi Kwang menangis saat menatap Ibunya yang terus terdiam. “Ibu…. Lihatlah. Aku sekarang sudah menjadi orang sukses. Aku akan mengobati penyakit Ibu.” Kata Gi Kwang yang berhasil mengalihkan perhatian Ibunya.

Wanita yang kini sudah menginjak umur empat puluh delapan tahun itu menatap putranya. Ada beribu kata yang ia ingin ucapkan pada Gi Kwang. Tapi ia tak sanggup bersuara. Hanya air mata yang kini mengalir yang membuat Gi Kwang langsung memeluk ibunya.

“Ibu… Aku akan mengobati Ibu supaya Ibu dapat sembuh.” Kata Gi Kwang terisak. Kepalanya ia benamkan di bahu kiri Ibunya. “Aku ingin mendengar suara Ibu. Sedikit saja.” Kata Gi Kwang sambil melepas pelukannya dan menghapus air matanya.

Tuan Lee memalingkan wajahnya. Tidak sanggup melihat penderitaan Gi Kwang selama ini. Semua ini salahnya. Kenapa dia meninggalkan istrinya sendirian di malam naas itu. Seandainya…. itu tidak terjadi, pasti keluarganya akan seperti keluarga normal yang lain.

—Karra 2012—

Hyosung sibuk menginjak-injak pakaian yang sedang ia cuci. Cuaca hari ini diprediksi akan cerah. Sehingga ia memutuskan untuk mencuci. Gadis itu tidak menghiraukan peluh yang keluar dari pori-pori kulitnya.

Yong Guk yang baru saja keluar dari dalam rumah terkejut melihat Hyosung yang sibuk mencuci. “Baju kotorku sudah kau rendam?” tanya Yong Guk yang membuat Hyosung menoleh dan menjulurkan lidahnya.

“Kau rendam saja sendiri.” Omel Hyosung kesal sambil terus menginjak-injak cuciannya di dalam ember.

“Kau ini menyebalkan sekali!” omel Yong Guk sambil berniat menghampiri Hyosung. Tapi gadis itu malah sengaja menyipratkan air cucian dengan busa ke wajah Yong Guk. “YA!! BANG HYOSUNG!!!” Pekik Yong Guk kesal setengah mati.

Hyosung tertawa kencang melihat kakaknya penuh dengan busa sabun. “ IBU!!! Oppa akan memukulku!” teriak Hyosung yang membuat Yong Guk segera membungkam mulut adiknya. “IBUUUU…” Teriak Hyosung lagi.

Yong Guk mencubit pipi Hyosung. “Kau bisa diam tidak?” omel Yong Guk saat melihat seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah sambil membawa sapu.

“Kalian berdua ini selalu saja berkelahi! Sampai kapan kalian berhenti berkelahi, hah?” omel wanita paruh baya itu sambil berusaha memukul Yong Guk dan Hyosung yang meloncat kesana kemari. Membuat wanita paruh baya itu tampak kelelahan.

Hyosung menghentikan larinya dan segera memeluk Ibunya. “Ibu, Oppa akan memukulku hanya karena aku belum merendam pakaiannya.” Kata Hyosung sambil mencium pipi kiri ibunya.

Yong Guk tersenyum lebar sambil menggosok-gosok tengkuknya. “Kau ini selalu membuat masalah! Kenapa kau selalu menyusahkanku!” ratap ibunya yang membuat Yong Guk langsung menghampiri Ibunya.

“Ibu…” panggil Yong Guk merasa bersalah.

“Jangan panggil aku Ibu. Aku bukan Ibumu!” pekik wanita paruh baya itu sambil menangis.

Hyosung menatap Ibunya. Kaget dan shock. Ibu pasti sedang marah. “Ibu, kau jangan begitu pada oppa. Kami hanya bercanda.” Kata Hyosung pelan yang membuat Ibunya menatapnya.

“Ibu…” rengek Yong Guk sambil memeluk Ibunya. “Maafkan aku.” Kata Yong Guk pelan.

Ibunya hanya terus menangis sambil terus mengusap wajah putranya berkali-kali. “Kau sudah dewasa. Kau harus tahu kenyataan yang sesungguhnya.” Kata Ibunya sambil memeluk Yong Guk. Yong Guk merasa aneh dengan perkataan Ibunya. Entah mengapa jantungnya berdebar keras saat mendengar nada suara Ibunya.

—To Be Continue—

Jangan lupa tinggalin komen yang membangun ya…. boleh juga kasih saran untuk next chapter…

Oh Iya… karena saya mengadaptasi dari film itu, saya akan nambahin dikit-dikit aja. soalna saya rada lupa ama dialog-dialog mereka. hahaha…..

14 thoughts on “[이야기] 214 Love Chapter 1

  1. sophiemorore says:

    ga bilang2 bilang kalo udah ngepost
    kenapa sih kamu sama arum jarang ngasih tau kalo ada ff baruuuu???? aku kan jadi susahhhhh
    hhahahahahahahahahaaaa
    untungnya saya sering melalang buana ke blog orng klo lg ga ada kerjaan kekekekekkee

    ceritanya kayak film *namanya juga adaptasi film soppphhh*
    ga tau ngebayanginnya jadi ingat ffku yang mir sama hongki yang belum selesai2 itu
    wahhh kerennnn
    kiwi berwibawaaaaa
    maldo andwaeee
    hahahahaha

    • Karra says:

      ahahaha… saya lagi kena syndrom males promosi. ekekeke

      hahaha.. ya udah bikin lanjutannya gih.. aq menanti lho sophieee….

      tapi gara2 kiwi berwibawa ntu saya jadi puyeng gimana lanjutannya. rada susah ngebayangin kiwi penuh wibawa. kekekeke

  2. djiulie says:

    waahh..
    saya suka, saya suka..
    Yongguk hyosung nya unyuu2..
    ki kwangnya kereeeeennn..
    beda ama image aslinya yang polos n rada bego..
    tapi bagusss…
    melted klo punya bos kaya kikwang..
    eheeee…
    lanjutin mbak..
    penasaran nih…
    btw, kenapa ga pake cast nya jo twins mbak?
    pan skalian gt kembarnya..
    ehee..
    XD

    • Karra says:

      nah justru berbeda dengan aslinya saya rada males mau posting part 2. hahahaha
      saya aja kalo jadi anak buahnya Gi Kwang langsung semangat kerja. #gubrak.

      err, saya ga suka ama jo twins. kurang macho. khan kalo di film indianya tokoh utamanya macho. #gubrak. hahaha

      • Karra says:

        kekeke.. saya khan g dmen ma berondong cantik tipe2 boyfriend gitu. hahah

        jadi say aga pernah bikin ff yang ngelibatin berondong kecuali yoo seung hoo hahahaha

  3. happyli1004 says:

    hai eonnie 🙂
    aku abis baca ada 2 typo nih menurutku :

    yang pertama : pembisnis (di awal cerita) mungkin lebih tepatnya pebisinis kali ya? ._. seringnya sih aku dengerinnya gitu, pake awalan pe-

    yang kedua : masalah mengenakan yang dua kali itu loh aku liat juga udah dibahas sama komen sebelumnya

    nah itu seru banget kayanya hyosung sama yongguk ._.
    aku ga gitu familiar sama yongguk sih jadi aku bayanginnya gikwang dengan style yang beda ._.
    kalo gikwangnya sekeren itu sih aku juga mau eon! hahhahaa XD

    kira-kira hyosung sama gikwang atau yongguk ya? karena aku korban oh my school aku lebih berharap gikwang/hyosung sih soalnya hyosung cute banget kalo senyum, matanya hilang (?) trus gusinya lucu, giginya juga rapi
    aku ngeshipnya jihyun/doojoon sih ._.
    tapi aku suka gikwang/jihyun juga kok soalnya aku sukaaaaaa banget jihyun :*

    oke deh! aku lanjut ya~ seru juga ternyata kkk~ :p

    • Karra says:

      Wah… kau sangat jeli sekali.. #duagghh

      gamsa saeng.. kekeke

      Iya… pokoknya saran kalian sudah aku tampung…
      dan di next chap moga ga ada typo lagi. hahaha

      Gi Kwang khan emang kereeeennnn
      hahahhaha

      Aku juga korban oms, jadi aku emang sengaja ngepairingin Gi Kwang ama Hyosung disini… kekeke

      Iyalah… si Yong Guk emang rada ga cocok ama Jihyun. cuma kalo aku ga pake Jihyun dan cuma pake member Secret si Ji Eun, ntar ga adil. hahhaha

      gamsa saeng komennya….

Leave a reply to happyli1004 Cancel reply